EVENT LOMBA POSTER DAN SEMINAR ANTI KORUPSI MEMBUKA KERJASAMA SPONSORSHIP hub: 031-78189905/ 031-77652411/ 08573 0469 111 email: merdekacreatipe@yahoo.co.id

29 Januari 2009

Caleg Itu Calon Legrek

Para pembesar kini ramai-ramai masuk desa. Dia mendadak dermawan dan tabiatnya berubah frontal menjadi manusia paling ramah. Siapa saja yang ditemui disapa dan diajak bicara. Tidak lupa salam tempel sebelum berpisah, amplop berisi duit. Apakah semurah itu ‘harga’ rakyat? Nanti dulu.

Di desa-desa itu rakyat memang dengan senang hati menerima pemberian itu. Mereka mengucap dukungan juga simpati. Itu ketika sang calon wakil rakyat masih berdekat-dekat. Namun ketika dermawan dadakan itu hilang dari pandangan, maka sinisme rakyat kembali muncul. Dia menyebut orang yang habis memberinya uang adalah ‘calon legrek’. Plesetan dari akronim calon legislatif.

Kenapa calon wakil rakyat itu disebut sebagai calon legrek? Calon manusia yang rusak fisik, bakal melarat jika tidak jadi, dan sosok manusia rusak iman ketika kelak menduduki jabatan sebagai wakil rakyat?

Itu tidak lepas dari sikap wakil rakyat saat ‘memerintah’ dan ketika kini maju lagi mencalonkan diri. Rakyat telah ‘diberi’ pelajaran berharga. Para politisi itu hanya berbaik-baik ketika mendekati pemilihan umum tiba. Namun tatkala dukungan sudah diberikan, ternyata rakyat tidak pernah ‘disentuh’, apalagi diperjuangkan nasibnya. Para elit partai itu asyik ongkang-ongkang menikmati berbagai fasilitas. Malah korupsi jika ada kesempatan.

Legrek memang bermakna rusak parah. Itu logis. Sebab calon wakil rakyat itu akan rusak tubuhnya karena digerogoti penyakit akibat lelah kampanye yang tidak biasa dilakukan. Rusak kantong karena terus menguras uang yang ada dalam tabungan atau hasil utangan. Dan itu yang sekaligus membuat rakyat berkesimpulan, sang calon juga bakal rusak akhlak saat jabatan wakil rakyat sudah disandang.

Caleg yang disebut ‘calon legrek’ itu adalah sama dan sebangun dengan kandidat orang susah yang menyusahkan. Orang yang bakal melarat dan sakit-sakitan jika gagal dipilih. Juga bakal menjadi ‘calon pemimpin yang menyusahkan’ ketika berhasil meraih jabatan.

Asumsi semacam itu tidak salah. Sebab realitasnya calon wakil rakyat selama ini memang seperti itu. Dia menghambur-hamburkan harta hanya demi menggaet simpati rakyat. Dia menguras tenaga, blusukan masuk kampung keluar desa agar dikenal namanya, partainya, juga nomor urut yang harus dicontreng. Dan ini yang diasumsikan ujungnya akan berakhir pada ‘gosip jalanan’ Slank. Mencari duit dengan berbagai cara untuk mengembalikan ‘modal’ yang sudah ditebar.

Gambaran kelam itu yang hari-hari ini meresahkan para calon wakil rakyat itu. Mereka seperti berjudi, yang kans kalah lebih tinggi dibanding menang. Itu terpancar dari muka-muka mereka yang tak lagi bersih dan sumringah (berbinar-binar).

Para calon wakil rakyat itu rata-rata sekarang ini lusuh dan lelah. Malah ada yang berpenampilan seperti orang gila. Kemana-mana membawa organ tunggal plus penyanyi, yang dilengkapi halo-halo dan teriakan agitatif juru kampanyenya. Itu yang meyakinkan, bahwa sebutan sebagai ‘calon legrek’ kemungkinan besar menjadi kenyataan. Calon orang susah itu yang sekarang sibuk anjangsana, menghiba rakyat agar memilihnya.

Adakah politik transaksional dan politik uang ini juga berdampak jelek terhadap rakyat di hari depan?

Tentu ya. Tapi berdasar pengalaman togel ‘halal’, maka ada sisi positif yang bisa dirasakan. Rakyat di desa-desa sekarang ini tiba-tiba punya hobi baru suka mengadakan rapat dan diskusi. Sering istigotsah, juga menghibur diri nanggap campursari atau wayang kulit semalaman.

Inilah pesta rakyat yang sebenar-benarnya. Bukan saat pemilu tiba, atau ketika penghitungan suara dan diketahui yang kalah dan pemenangnya.



Selengkapnya »»


Dasar Pemikiran Kegiatan Lomba Poster dan Seminar Anti Korupsi 3 - 28 Maret 2009

dari korupsi ke korupsi... “Korupsi menghancurkan supremasi hukum, melemahkan tatanan pemerintahan, menggerogoti sendi-sendi demokrasi dan merusak moral bangsa.” (Susilo Bambang Yudhoyono – Presiden Republik Indonesia) “Hukum mati koruptor” (Antasari Azhar – Ketua KPK) “Saya adalah koruptor. Sebagai koruptor saya bangga akan keberadaan saya. Saya adalah koruptor terhormat. Tidak ada yang berani melawan saya, sebab jika mereka melawan saya, saya akan membagikan hasil korupsi saya kepada mereka. Dengan demikian secara bersama kita telah ikut andil untuk melestarikan korupsi. Korupsi telah menjadi bagian dari republik ini, bagian dari identitas bangsa.” (Teater monolog; Jadilah Koruptor -Butet Kertaradjasa - Seniman) ”Kerjaannya tukang buat peraturan. Bikin UUD, ujung-ujungnya duit” (Slank; Album Anti Korupsi- Artis) “Lebih baik makan tanah, daripada makan hasil korupsi” (MERDEKACREATIPE- Tim kreatif Harian Merdeka Perwakilan Jawa Timur) LATAR BELAKANG Maraknya kasus korupsi yang bergeming dalam akhir-akhir ini, diyakini telah menjadi budaya bangsa Indonesia. Budaya dalam pengertian luas, yakni nilai-nilai yang mempengaruhi cara pandang dan perilaku dalam segala aspek kehidupan; politik, ekonomi, dan sosial. Secara dominasi, bidang politik memiliki mimbar dan pengaruh yang kuat dalam peradaban bangsa dan negara Indonesia ke depannya. Empat bulan ke depan (April 2009) akan digelar pemilihan umum legislatif di tingkat daerah atau pusat di seluruh penjuru. Momen ini bertujuan melahirkan para politisi, penguasa dan pemimpin atau wakil rakyat yang akan menduduki kursi jabatan. Dalam kaitanya, MERDEKACREATIPE sengaja ingin menggugah hati nurani para pemimpin atau penguasa dan wakil rakyat terpilih untuk tidak berkorupsi bahkan berani memberantas kasus KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) tanpa diskriminatif. Di lain pihak, MERDEKACREATIPE juga bermaksud memberikan wadah sekaligus menyuntikkan serum anti korupsi kepada generasi muda sejak dini. Adapun serum yang dimaksud di sini adalah pendekatan terhadap publik melalui media visual berupa poster anti korupsi yang dilombakan untuk pelajar dan mahasiswa. Hasil karya tersebut akan dipamerkan dan dipublikasikan sebagai bentuk kampanye anti korupsi. Dan dalam pengembangan, agar kampanye anti korupsi ini benar-benar diilhami, maka MERDEKACREATIPE juga menggelar seminar sehari dengan tema yang sama. TUJUAN Lomba poster dan seminar ini bertujuan menjadi media aspirasi antara pelajar, mahasiswa, para calon wakil rakyat di Pemilihan Legislatif 2009 pada khususnya di Jawa Timur, masyarakat umum/sipil, dan tentunya lembaga-lembaga atau instansi negara atau departemen pemerintah yang selama dinilai sarat akan korupsi, seperti BMUN, Kejaksaan, kepolisian, pemerintahan sipil. VISI DAN MISI Visi Melawan dan memberantas koruptor Misi 1. Membidik peserta Pemilihan Umum Legislatif 2009 agar bisa menerima keluh kesah, kritikan ataupun uneg-uneg masyarakat se- Jatim pada khususnya, se-Indonesia pada umumnya dalam konteks korupsi. 2. Mampu memberikan wadah kreatifitas dan mendidik sejak dini pada generasi muda, khusunya pelajar dan mahasiswa se-Jatim untuk ikut serta dalam kampanye anti korupsi. Minimal, memahami dampak dari bahaya laten korupsi. 3. Menumbuhkan kesadaran dan keberanian ke seleuruh elemen masyarakat untuk turut serta memberantas korupsi. TEMA Merdeka tanpa Korupsi NAMA KEGIATAN Kampanye Anti Korupsi

Pamflet Lomba Poster



Acara Lomba Poster dan Seminar Anti Korupsi terselenggara atas kerjasama Institut Teknologi Nasional Malang, Universitas Jember, Universitas Merdeka Madiun, Universitas Trunojoyo, Universitas Merdeka Surabaya, Universitas Darul Ulum Lamongan, Universitas Islam Kadiri, Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP